Pameran Fotografi oleh Yoese Mariam

Kurator Yoppy Pieter

LANDEP

Menziarahi Sebilah Keris

dalam Seutas Kehidupan Saya

LANDEP

Melalui karyanya yang berjudul LANDEP, Yoese Mariam mengeksplorasi ingatan serta konflik internal. Memoar ini menelusuri bagaimana sebuah objek kecil, seperti keris ayahnya, melambangkan sejarah keluarga, identitas budaya, dan makna spiritual.

Memaknai LANDEP

Cara pandang setiap individu terhadap obyek begitu beragam, dan mampu mempengaruhi bagaimana kita berhubungan dengan individu lainnya.

Seperti yang dipaparkan Yose Mariam melalui karyanya yang berjudul Landep, dia mengekplorasi gagasan tentang perbedaan cara pandang kedua orang tuanya terhadap keris seperempat abad silam.

Ayahnya memaknai keris dari sudut pandang keyakinan serta mitos, namun Ibunya memandang pusaka tersebut sebagai hal yang menyekutukan Tuhan.

Seiring waktu, perbedaan cara pandang itu meluas dan memic perseteruan yang memecah keduanya.

Melalui pengalaman itu, Yoese menelusuri tanah Jawa hingga Bali. Dia mencari jawaban atas pertanyaan bagaimana sebilah logam dapat menjadi perwakilan atas tradisi serta perilaku suatu kelompok dan indvidu?"

Kepingan-kepingan jawaban yang dia dapatkan, dirangkai ke dalam narasi yang dia maknal sebagai upaya mengenal diri, orang tua, dan mereka yang memberi ruang untuk keris dengan berbagai makna.

The Value of LANDEP

Everyone's perspective on an object varies greatly and can influence how we relate to others. Yoese Mariam explores this idea in her work titled Landep, where she reflects on her parents differing perspectives on the keris from a quarter of a century ago.

Her father interpreted the keris through the lens of belief and myth, while her mother saw it as akin to idolatry. Over time, these perspectives diverged and sparked a conflict that divided them.

Driven by this experience, Yoese journeyed from Java to Bali, seeking answers to the question: How can a piece of metal embody the traditions and behaviours of both a group and an individual?'

The fragments of enswers she gathered are woven into a narrative that she interprets as an attempt to understand herself, her parents, and those who attribute diverse meanings to the keris.

Yoppy Pieter, Kurator

Bagi Yoese Mariam, karyanya yang berjudul “Landep” merupakan penutup bagi memori-memori lama yang getir mengenai perbedaan pandangan kedua orangtuanya terhadap obyek keris, yang pada akhirnya menyebabkan perpisahan mereka. Namun, di saat yang sama, proyek “Landep” juga menandai babak baru dalam hidup Yoese.

"Ternyata, ‘Landep’ membawa saya bernostalgia dengan memori-memori baik dari masa lalu, dan dari sinilah saya melanjutkan hidup,"

ujar Yoese.

Yoese Mariam

Seorang ahli geologi yang menggeluti fotografi dan memiliki passion dalam visual storytelling. Minatnya terhadap fotografi dimulai seiring perjalanan karirnya, dan kemudian ia mengabdikan dirinya untuk merekam subjek-subjek terkait budaya dan dokumenter. Ia telah mengikuti beberapa workshop fotografi dan terpilih sebagai salah satu peserta dalam program mentorship fotografi Panna Future Talents 2022, yang diselenggarakan oleh PannaFoto Institute dalam mengembangkan proyek visual storytelling.

Karyanya telah menerima penghargaan Honourable Mention dalam kategori ‘Cultural’ pada International Photography Awards 2023 dan masuk dalam shortlist kategori Professional Documentary Projects di Sony World Photography Awards 2023.

Karya fotografinya telah dipamerkan di berbagai tempat, seperti: Pameran Grup Leica di Jakarta (2019), Pameran Grup 'Jati Diri Ragam Warna Identitas' di IFI Jakarta (Mei 2023), dan Pameran Tunggal ‘Three Photos Left’ di Leica Jakarta (Juni-Juli 2023).

Pada Juli 2023, ia menerbitkan buku foto pertamanya yang berjudul ‘Three Photos Left’, dan setahun kemudian, buku foto keduanya yang berjudul Landep terpilih sebagai salah satu dari sepuluh finalis dalam APhF (Athens Photo Festival) Dummy Award, kerja sama antara Witty Books & APhF 2024.

Yoese Mariam is a geologist who also practices photography and is passionate about visual storytelling. Her interest in photography began alongside her professional journey, and she later dedicated herself to capturing cultural and documentary subjects. She has participated in several photography workshops and was selected as one of the participants for Panna Future Talents 2022, a one-year mentorship photography program by the PannaFoto Institute aimed at fostering the development of visual storytelling.

Her work has received an Honorable Mention and was an Official Selection in the Cultural Category at the 2023 International Photography Awards. Additionally, it was shortlisted in the Professional Documentary Projects Category at the Sony World Photography Awards 2023.

Her photography has been exhibited at various venues, including Leica Group Exhibitions in Jakarta (2019), Jati Diri Ragam Warna Identitas' Group Exhibitions at IFI Jakarta (May 2023), and the 'Three Photos Left' Solo Exhibition at Leica Jakarta June-July 2023).

In July 2023, she published her first photo book entitled Three Photos Left. A year later, her second photo book entitled 'Landep' was selected as one of the 10 finalists for the APhF (Athens Photo Festival) Dummy Award in collaboration between Witty Book and APhF 2024.